Ibrahim Handoko Hebohkan Jerman Dengan Rumus Matematikanya, Banyak siswa yang bahagia ketika berhasil menyelesaikan soal matematika dengan rumus yang diajarkan gurunya. Tapi tidak begitu dengan Ibrahim Handoko. ABG berusia 15 tahun ini justru tertantang untuk mengembangkan rumus-rumus matematikanya sendiri. Bahkan rumus matematikanya diajukan dalam kompetisi "Young Scientist" di Duisburg, Jerman.
Bermain bersama adik dan mengerjakan PR matematika adalah salah satu hiburan favorit remaja asal Indonesia yang sejak SD tinggal di Duisburg mengikuti orangtua yang bertugas di sana. Ibrahim Handoko murid kelas sembilan Landfermann Gymnasium berhasil memformulasikan persamaan untuk menyelesaikan perhitungan angka piramida dengan jumlah tidak terbatas.
Kontan, temuan remaja santun yang juga aktif di berbagai kegiatan masjid ini mengundang decak kagum tidak hanya dari para pengajarnya, tapi juga dari media massa di Jerman.
Seperti yang dilansir dari situs berita jerman www.derwesten.de, pekan lalu, guru matematika dan pembimbing Ibrahim, Michael Wallau mengatakan muridnya adalah seorang yang luar biasa. “Ini adalah temuan yang luar biasa bagi seorang remaja berusia 15 tahun, terlebih lagi ia menyelesaikan persamaan ini hanya disela-sela waktu luangnya,“ ujar Wallau pada DerWesten.
Pada awalnya, Ibrahim hanya berniat membantu adik perempuannya, Kamila, yang berusia 8 tahun menyelesaikan tugas sekolah tentang berhitung piramida. Persoalan ini pada intinya adalah menghitung jumlah angka pada elemen teratas suatu piramida.
Biasanya, persoalan ini diselesaikan dengan cara menjumlahkan satu persatu angka di setiap elemen penyusun paramida sehingga ditemukan jumlah total dalam piramida tersebut. Dengan rumus temuan Ibrahim, persoalan ini bisa diselesaikan dengan cepat dan tepat tanpa harus menghitung satu persatu.
"Bagi saya (rumus) itu sekarang lebih memudahkan orang," kata Ibrahim yang juga menyukai olahraga karate ini. Selain rumus untuk penjumlahan, ia juga menemukan rumus lainnya untuk tiga operasi dasar dan juga menetapkan aturan untuk kasus khusus seperti persegi dan gambar terpadu.
Biasanya, Ibrahim mulai sibuk mengutak-atik rumus matematika seusai sekolah, kemudian di depan buku aritmetika secara bertahap dia mengembangkan rumusnya. "Aku merasa lega ketika aku akhirnya berhasil menyelesaikan soal," kata anak laki-laki pendiam ini.
Ibrahim yang berminat melanjutkan studi kedokteran terhadang heran, mata pelajaran matematika tidak begitu diminati sebagian murid. "Kalian tidak bisa berada di hampir setiap situasi tanpa matematika," katanya. Bahkan, lanjutnya, tukang roti pada akhirnya akan dapat menghitung berapa banyak tepung, air dan gula yang dia butuhkan.
Teman-teman sekelasnya juga menganggap penemuannya sebagai yang terbaik. Ketika ia memperkenalkan pertama kali sebagian rumus 'ajaib'-nya di kelas, semua teman-temannya memuji. "Rumus terpendek yang paling indah," demikian komentar Michael Wallau, sang guru matematika.
Berkat penemuannya ini, Ibrahim menjadi salah satu nominator peneliti remaja terbaik tahun ini di Jerman. Selain itu, putra pasangan Budi Handoko dan Nuningsih ini, juga terpilih sebagai matematikawan terbaik dan berhak mewakili distriknya dalam olimpiade matematika "Young Scientist".
Banyak dari mahasiswa usia 15-20 tahun yang berharap ikut ambil bagian dalam kompetisi di tingkat negara bagian itu. Para peserta diuji oleh sebuah panel yang terdiri dari guru, dosen universitas dan para pakar dari pelbagai perusahaan.
Matematikawan Ibrahim mengaku cukup pede sebelum kompetisi. "Apa yang saya lakukan cukup mudah dimengerti, ada eksperimen lebih menarik, seperti dalam kimia," katanya. Bahkan kalau pun ia hanya bermodal pena dan kertas untuk mempresentasikan gagasannya, ia ingin tampil di hadapan para juri di Institut ThyssenKrupp semenarik mungkin.
"Saya berharap bahwa bisa menang, tapi hal ini tidak harus selalu (menang)," katanya merendah. "Aku ingin menunjukkan bahwa ada orang Indonesia yang menarik dalam masyarakat Jerman."
Bermain bersama adik dan mengerjakan PR matematika adalah salah satu hiburan favorit remaja asal Indonesia yang sejak SD tinggal di Duisburg mengikuti orangtua yang bertugas di sana. Ibrahim Handoko murid kelas sembilan Landfermann Gymnasium berhasil memformulasikan persamaan untuk menyelesaikan perhitungan angka piramida dengan jumlah tidak terbatas.
Kontan, temuan remaja santun yang juga aktif di berbagai kegiatan masjid ini mengundang decak kagum tidak hanya dari para pengajarnya, tapi juga dari media massa di Jerman.
Seperti yang dilansir dari situs berita jerman www.derwesten.de, pekan lalu, guru matematika dan pembimbing Ibrahim, Michael Wallau mengatakan muridnya adalah seorang yang luar biasa. “Ini adalah temuan yang luar biasa bagi seorang remaja berusia 15 tahun, terlebih lagi ia menyelesaikan persamaan ini hanya disela-sela waktu luangnya,“ ujar Wallau pada DerWesten.
Pada awalnya, Ibrahim hanya berniat membantu adik perempuannya, Kamila, yang berusia 8 tahun menyelesaikan tugas sekolah tentang berhitung piramida. Persoalan ini pada intinya adalah menghitung jumlah angka pada elemen teratas suatu piramida.
Biasanya, persoalan ini diselesaikan dengan cara menjumlahkan satu persatu angka di setiap elemen penyusun paramida sehingga ditemukan jumlah total dalam piramida tersebut. Dengan rumus temuan Ibrahim, persoalan ini bisa diselesaikan dengan cepat dan tepat tanpa harus menghitung satu persatu.
"Bagi saya (rumus) itu sekarang lebih memudahkan orang," kata Ibrahim yang juga menyukai olahraga karate ini. Selain rumus untuk penjumlahan, ia juga menemukan rumus lainnya untuk tiga operasi dasar dan juga menetapkan aturan untuk kasus khusus seperti persegi dan gambar terpadu.
Biasanya, Ibrahim mulai sibuk mengutak-atik rumus matematika seusai sekolah, kemudian di depan buku aritmetika secara bertahap dia mengembangkan rumusnya. "Aku merasa lega ketika aku akhirnya berhasil menyelesaikan soal," kata anak laki-laki pendiam ini.
Ibrahim yang berminat melanjutkan studi kedokteran terhadang heran, mata pelajaran matematika tidak begitu diminati sebagian murid. "Kalian tidak bisa berada di hampir setiap situasi tanpa matematika," katanya. Bahkan, lanjutnya, tukang roti pada akhirnya akan dapat menghitung berapa banyak tepung, air dan gula yang dia butuhkan.
Teman-teman sekelasnya juga menganggap penemuannya sebagai yang terbaik. Ketika ia memperkenalkan pertama kali sebagian rumus 'ajaib'-nya di kelas, semua teman-temannya memuji. "Rumus terpendek yang paling indah," demikian komentar Michael Wallau, sang guru matematika.
Berkat penemuannya ini, Ibrahim menjadi salah satu nominator peneliti remaja terbaik tahun ini di Jerman. Selain itu, putra pasangan Budi Handoko dan Nuningsih ini, juga terpilih sebagai matematikawan terbaik dan berhak mewakili distriknya dalam olimpiade matematika "Young Scientist".
Banyak dari mahasiswa usia 15-20 tahun yang berharap ikut ambil bagian dalam kompetisi di tingkat negara bagian itu. Para peserta diuji oleh sebuah panel yang terdiri dari guru, dosen universitas dan para pakar dari pelbagai perusahaan.
Matematikawan Ibrahim mengaku cukup pede sebelum kompetisi. "Apa yang saya lakukan cukup mudah dimengerti, ada eksperimen lebih menarik, seperti dalam kimia," katanya. Bahkan kalau pun ia hanya bermodal pena dan kertas untuk mempresentasikan gagasannya, ia ingin tampil di hadapan para juri di Institut ThyssenKrupp semenarik mungkin.
"Saya berharap bahwa bisa menang, tapi hal ini tidak harus selalu (menang)," katanya merendah. "Aku ingin menunjukkan bahwa ada orang Indonesia yang menarik dalam masyarakat Jerman."
No comments:
Post a Comment