Monday, September 26, 2011

Pemenang Nobel Fisika : Murid yang bandel

Ini adalah cerita tentang kejadian berpuluh-puluh tahun yang silam di daratan Eropa. Kisah ini bercerita tentang Millboard, satu-satunya pemenang hadiah Nobel Fisika dari Denmark.

Pada saat ujian fisika, ada sebuah pertanyaan dari seorang dosen. Pertanyaan tersebut adalah "Bagaimana menentukan tinggi sebuah gedung 35 lantai dengan menggunakan barometer. Pertanyaan ini sebenarnya relatif mudah.


Diantara sekian banyak murid ada satu murid yang sangat bandel. Dia menjawab, "Kita menggunakan benang yang diikatkan pada ujung barometer tersebut, lalu kita turunkan dari lantai 35 sampai menyentuh tanah. Kita berikan tanda pada benangnya, kemudian kita tarik lagi ke atas dan diukur berapa meter panjang benang tersebut. Lalu ditambah 35 cm (panjang barometer). 

Maka kita akan tahu berapa tinggi gedung tersebut."
Dosenya sangat marah mendengar jawaban tersebut. Karena selain bandel, si guru juga sangat membencinya. Akhirnya si guru tersebut tidak meluluskan ujian nya. Si murid pun mengajukan keberatan kepada dewan sekolah untuk meninjau angka ujiannya. Di hadapan dewan, murid tersebut menjelaskan jawaban ujiannya.
Singkatnya, pada saat itu karena gurunya tahu bahwa anak ini pintar, maka dilakukanlah ujian ulang. Dipanggillah empat dosen paling senior untuk menguji murid ini.

Besoknya ketika ujian berlangsung, empat dosen tersebut hanya memberikan waktu 10 menit untuk menjawab pertanyaan semua soal ujian. Dengan secarik kertas, dia mencorat-coret, menggambar bintang, bulan, dan sebagainya.

Empat dosen ini mulai marah karena pada menit yang kedelapan dia belum juga memberikan jawaban apapun.
Sampai akhirnya dosen-dosen tersebut bertanya, "Sebenarnya kau bisa menjawab tidak?"
Si murid menjawab, "Saya sebenarnya mempunyai banyak jawaban tetapi saya bingung, saya harus memberikan jawaban yang mana".

"Pertama, saya bisa saja melihat sinar matahari pada pukul 09.00. Gedung tersebut pasti mempunyai bayangan. Kita ukur bayangan tersebut. Kalau misalnya bayangan tersebut panjangnya 150 m, lalu saya akan mengambil barometer dan dikenakan ke matahari. Saya juga akan tahu berapa panjang bayangan barometer tersebut. Kalau panjang barometer tersebut 50 cm, maka dengan perbandingan sederhana saya bisa tahu tinggi gedung tersebut.

"Kedua, saya bisa saja membawa barometer tersebut ke lantai paling atas. Dengan memakai time watch, saya jatuhkan barometer tersebut. Tunggu beberapa detik sampai barometer itu menyentuh lantai. Saya langsung tahu berapa waktu yang dibutuhkan oleh barometer untuk
menyentuh lantai bawah. 

Dengan menggunakan pengukuran gravitasi bumi dan kecepatan barang itu jatuh, saya bisa tahu tinggi gedung itu tetapi sayangnya barometer tersebut akan pecah". "Saya juga sempat berpikir begini, kalau saya naik tangga darurat, kemudian saya ukur tingginya tangga tersebut dengan barometer satu per satu. Tinggal mengalikan 35cm maka saya akan mengetahui berapa tingginya gedung tersebut. Tentu banyak cara lain".

"Saya juga bisa menggunakan dengan cara yang sederhana dengan melihat tekanan udara di bawah berapa dan di atas berapa. Dengan menggunakan rumus sederhana, saya bisa tahu jawabannya".

Jawaban inilah yang sebenarnya diinginkan oleh dosen, tetapi tentu saja ini adalah jawaban yang sangat bodoh.
Lalu diteruskannya, kalau ingin yang lebih scientific, maka kita bisa gunakan pendulum. Ikatkan pendulum pada seutas tali sepanjang1 m kemudian swing-kan pendulum tersebut di lantai bawah.

Si mahasiswa meneruskan kalimatnya. "Saya juga akan melakukannya di lantai atas.
Perbedaan kecepatan swing dengan menggunakan rumus yang complicated, bisa mendapatkan tinggi gedung tersebut. Karena gaya gravitasi yang berbeda pada ketinggian lantai 35 dan lantai dasar. Tentu cara tersebut sangat sederhana dan bermacam-macam.

Tetapi yang paling saya sukai adalah jika saya tinggal bertanya saja pada satpam berapa tinggi gedung ini, kalau Anda bisa jawab saya kasih hadiah barometer."

Nah, akhirnya Niels Bohr diluluskan dan dia adalah satu-satunya pemenang hadiah Nobel fisika dari Denmark.
Dalam kehidupan ini banyak yang nyleneh seperti itu. Kita tidak bisa menilai bahwa orang itu nakal, bodoh dan sebagainya. Mereka kadang-kadang akan mengejutkan dunia ini.

Wednesday, September 21, 2011

NASIB ANAK-JENIUS INDONESIA : MEREKA KURANG DIHARGAI BANGSANYA SENDIRI

Inilah nasib ana-anak jenius bangsa yang sudah mengharumkan nama Indonesia dalam berbagai lomba sains.

Menjadi jawara Olimpiade Fisika di tingkat Asia rupanya tak otomatis bisa menikmati beasiswa untuk kuliah di perguruan tinggi terbaik di negeri ini. Pengalaman getir pada tahun lalu itu dialami Hendra Kwee, 30 tahun. Sebagai pembina di Yayasan Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI), ia bermaksud membantu anak asuhannya agar bisa mendapatkan beasiswa di Institut Teknologi Bandung.

Namun Hendra hanya bisa terbengong-bengong ketika seorang pejabat Kementerian Pendidikan Nasional meminta agar si pelajar itu kuliah dulu, baru kemudian mengajukan beasiswa. "Kemampuan anak-anak jenius ini sungguh tak dihargai," kata doktor fisika dari College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat, itu saat ditemui di kantor Yayasan TOFI, Rabu lalu.

Ia tak habis mengerti, seorang peraih medali emas kompetisi pelajar tingkat Asia, yang sudah mengharumkan nama negara, harus berjuang sendiri untuk bisa kuliah di dalam negeri. Padahal universitas luar negeri mana pun, Hendra melanjutkan, akan menjamin seluruh biaya sejak murid itu mendaftar.

Apesnya lagi, penerima beasiswa di Tanah Air tak serta-merta bisa tenang. Ia ingat betul saat kuliah di ITB, 13 tahun lalu. "Teman saya yang menerima beasiswa harus berutang kanan-kiri karena pencairannya molor lima bulan," katanya. Karena itu pula, Hendra ogah mengurus beasiswa untuk dirinya sendiri. Padahal ia adalah jawara olimpiade fisika pada 1996.

Entah berkaca pada pengalaman Hendra atau bukan, Winson Tanputraman, 17 tahun, pun lebih memilih kuliah di National University of Singapore (NUS) mulai Juni nanti. "Kampus itu menerima permohonan beasiswa saya," kata peraih medali emas Olimpiade Fisika tingkat Asia di Thailand, 2009. Iming-iming dari Negeri Singa itu memang lebih menggoda. "Semua biaya kuliah dan hidup saya ditanggung mereka," ujar bekas murid SMAK 1 Penabur Jakarta Barat itu.

Yang lainnya, Mohammad Sohibul Maromi, peraih medali perak Olimpiade Fisika tingkat Asia di Taipei, Taiwan, 23-30 April lalu, sebetulnya sangat ingin kuliah di Singapura. Ia menyebut Nanyang Technological University (NTU) sebagai kampus idaman. "Tapi ibu saya sudah sepuh, kasihan kalau jauh," kata Romi--panggilannya--yang baru lulus dari SMA I Pamekasan, Madura.

Sementara ini, remaja berkacamata yang mahir bermain gitar itu sudah diterima di Fakultas Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, melalui jalur penelusuran minat dan kemampuan. "Tapi akhir Mei saya akan coba ikut ujian di ITB untuk jurusan yang sama," ujarnya.

Singapura memang salah satu negara tujuan kuliah pelajar Indonesia. Menurut Kepala Fungsi Perlindungan WNI di Kedutaan Besar Indonesia untuk Singapura, Fahmi Aris Inayah, ada sekitar 16 ribu pelajar Indonesia di negara pulau itu. "Mereka tersebar di berbagai kampus swasta dan negeri di sini," katanya saat dihubungi via telepon Kamis lalu.

Kampus yang paling banyak menampung adalah NTU dan NUS. Kedua kampus ini masuk jajaran kampus top dunia, dan jawara di Asia. Dalam setahun, NTU dan NUS masing-masing menerima 120-an dan 80-an pelajar Indonesia.

Kampus-kampus di Singapura diketahui agresif memburu para pelajar berprestasi dari Indonesia. Mereka memiliki agen yang mendatangi sekolah-sekolah unggulan di kota-kota besar, untuk merayu para pelajar agar kuliah di Singapura.

Beasiswa yang ditawarkan, kata Hendra Wong, Ketua Pemuda Pelajar Indonesia Singapura, amat menggiurkan dibanding yang ditawarkan pemerintah Indonesia. Angkanya memang bervariasi. Tapi setidaknya sudah menutupi biaya kuliah, yang rata-rata bernilai Rp 112 juta per tahun.

Syaratnya, mereka ikut ujian masuk yang digelar di kota-kota yang ditentukan. Hendra menyebutkan, NTU biasa menggelar ujian masuk di Jakarta, Medan, Palembang, Surabaya, dan Magelang. Sedangkan NUS hanya menggelar ujian di Jakarta dan Medan.

Singapura mengikat para penerima beasiswa itu dengan kontrak bekerja di perusahaan milik negara itu selama tiga tahun. Meski setelah itu mereka bebas bekerja di mana saja, menurut Hendra Kwee, ini cara halus agar para jenius itu tetap mengabdi kepada Singapura.
Fahmi menyatakan pemerintah tidak bisa membatasi gerak-gerik pihak Singapura. "Karena (beasiswa itu) tidak ada paksaan," katanya.

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Djalal menjelaskan, prosedur beasiswa di Tanah Air mungkin terkesan birokratis. Tapi hal itu dilakukan karena beasiswa merupakan uang negara, dan pemerintah tak mau kecolongan. Sebab, ada kalanya terjadi si penerima beasiswa ternyata kuliah di kampus lain, atau bahkan tidak mengikuti kuliah sementara uang telah digelontorkan. "Uang-uang itu harus bisa dipertanggungjawabkan," katanya.

Alokasi dana beasiswa Kementerian Pendidikan Nasional tahun ini Rp 1,5 triliun untuk lebih dari 3 juta siswa dan mahasiswa kurang mampu. Kementerian juga telah menyiapkan Program Beasiswa Bidik Misi sebesar Rp 200 miliar untuk 20 ribu mahasiswa dari keluarga kurang mampu.

"Tidak ada biaya apa pun. Bebas pendaftaran, SPP, bebas biaya hidup, semuanya kami siapkan," tutur Menteri Pendidikan M. Nuh kepada pers awal Januari lalu.
Ketua Yayasan TOFI Profesor Yohanes Surya mengaku geram terhadap oknum-oknum pemerintah yang menyepelekan pentingnya merawat para jenius muda kita. "Banyak oknum yang sok ngatur, tapi malah bikin kacau," katanya.

Ia mengaku terpaksa turun takhta, tak lagi mencampuri keikutsertaan Indonesia di Olimpiade Fisika tingkat internasional tahun depan. Yohanes dipaksa hanya bisa mengikutkan anak didiknya di olimpiade tingkat Asia. Padahal selama ini fulus pemerintah tidak selalu mengalir untuk membuat murid-muridnya menjadi jawara. "Kami lebih banyak didanai sponsor," ujarnya.

Fasli Djalal membantah pengabaian ini. Pemerintah, katanya, secara prinsip membuka tangan lebar-lebar untuk bekerja sama dengan orang semacam Yohanes Surya. Ada bantuan biaya berupa akomodasi sejak berangkat hingga mereka pulang ke Indonesia. "Kalau berangkat atas inisiatif sendiri, tidak kami bantu,"  :(

Johny Setiawan Penemu Planet Baru

 Johny Setiawan adalah seorang ahli astrofisika Indonesia yang akhir-akhir ini namanya mencuat setelah penemuannya mengenai planet baru yang memiliki ukuran hampir sebesar planet Jupiter.

  Foto Johny Setiawan

Menelisik sosok Johny Setiawan adalah seorang pria kelahiran Jakarta, 16 Agustus 1974 yang saat ini sedang menjalin kerjasama bersama timnya di Max Planck Institute for Astronomy (MPIA) Jerman menemukan planet baru yang kemudian diberi nama HIP 13044 b.

Tim MPIA itu semula penasaran dengan benda bergerak mengelilingi induk bintangnya. Dengan menggunakan alat canggih spectrograph teleskop 2,2 meter di Cile mereka meyakini adanya planet.

Tempat peneropongan planet tercanggih yang berada di Cile itu adalah European Southern Observatory's La Silla Observatory. Sedangkan Johny Setiawan tinggal di Heidelberg, Jerman dan bekerja di MPIA tersebut.

"Penemuan-penemuan benda angkasa sudah menjadi bagian studi kami. Kami selalu mencari exoplanets yang mengorbit di sekitar bintang-bintang pasif" ujar Johny, dikutip Science paper, usai menemukan planet baru yang mengorbit di luar galaksi bumi, Milky Way.

Exoplanet planet merupakan planet yang mengorbit di luar tata surya kita, di luar galaksi Bima Sakti. "Penemuan planet baru ini membangkitkan semangat kami. Letaknya sangat jauh dari bumi, sekitar 2.000 tahun cahaya" kata Johny.

Planet HIP 13044 b yang baru ditemukan Johny itu, hanya membutuhkan waktu 16 hari dalam mengelilingi bintang induknya karena jaraknya sangat dekat. Bintang itu sendiri sudah melawati fase red giant, yakni ukurannya membengkak dari diameter aslinya sebelum mati karena kehabisan hidrogen.

Matahari juga akan mengalami kehabisan hidrogen yang diperkirakan 5 juta tahun mendatang. Sedangkan bintang baru itu berputar sangat cepat sehingga menelan planet-planet kecil di dekatnya dan hal itu membuat orbitnya makin cepat. Planet baru ini tergolong aneh karena hanya mengandung sedikit elemen kimia tapi sudah membentuk sebuah planet.

Dengan keberhasilan itu, Johny Setiawan terhitung sudah menemukan lebih dari 10 planet baru bersama timnya. Selain genius dan hebat di bidang astronofisika - ekstrasurya, Johny ketua tim itu juga seorang ahli bahasa hingga menguasai 5 bahasa yaitu Inggris, Jerman, Perancis, Spanyol dan tentu saja Indonesia bahasa ibunya.

Beberapa planet yang ditemukan Johny Setiawan bersama timnya yaitu HD 47536 b, HD 11977 b, HD 70573 b, TW Hydrae b, Chi Virginis b, HD 47536c, HD 110014b, dan HD 110014c, yang dipublikasikan di berbagai jurnal ilmiah misalnya Astronomy & Astrophysics, The Astrophysical Journal dan Nature.

Dialah ilmuwan non Jerman yang menjadi ketua tim di MPIA. Menurutnya, planet itu juga berwarna seperti matahari. Bila spektrum cahaya warna biru berarti mendekati bumi atau pusat pengamatan, bila warna merah berarti menjauh.

Alumni S-1 dan S-3 di Freiburg, Jerman sejak remaja sudah tertarik dengan ilmu perplanetan di Bintaro, Jakarta. Dia memang sudah 17 tahun berada di Jerman tapi tetap sebagai Warga Negara Indonesia. Dia bekerja malam hari mulai pukul 18.00 hingga 07.00 waktu Jerman.

Anne Ahira: Dari Cleaning Service Hingga Jadi Jutawan


Berbicara tentang internet mar­keting indonesia saat ini, orang akan langsung ter­tuju kepada Anne Ahira. Seorang gadis desa kelahiran Banjaran Kabupaten Bandung 25 tahun silam. Hira, begitu biasa dipanggil, telah menjadi pusat pembicaraan di dunia internet marketing indonesia. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara di dunia.
Dan itu wajar saja, sebab gadis tomboi ini tergolong fenomenal. Mengapa tidak. Di usianya yang masih hijau, ia telah berpre­dikat sebagai salah satu internet marketer berkelas dunia. Bahkan beberapa julukan telah disandangkan kepadanya. Sebut saja misal­nya The Asian Brain dan “12 World’s Super Affiliate”.
Bermodal Keuletan

Uniknya, ia belajar internet marketing secara otodidak. Modalnya hanyalah kemampuan bahasa Inggris yang lumayan dan keuletan. Di warnet, Hira mengaku cukup membu­at repot pemiliknya atau pengguna wamet di dekatnya. Sebab, sedikit-sedikit ber­tanya. Maklum, waktu itu ia sama sekali baru dalam hal intemet. Untuk menjadi seperti sekarang, memang butuh uang. Untuk yang satu ini, ia gunakan penghasilannya dari beker­ja macam-macam. Mulai dari men­gajar bahasa Inggris, les privat dan ngajar menggambar. Menurut pengakuannya, ia juga menjual buku cerita untuk anak dan bahkan pernah berprofesi sebagai cleaning service.
Kisah Sukses Gadis Pemimpi
“Dulu, waktu masih kecil saya sering disuruh mama untuk jualan pisang. Dan ia selalu bilang, kalau saya tidak jualan pisang, tidak akan bisa melanjutkan sekolah. Apalagi bapak hanya seorang pegawai tekstil biasa. Waktu itu mungkin karena masih kecil, ya cuek saja. Tapi tetap saja secara psikologis, batin saya menangis”, ungkap Anne Ahira.
Ahira melanjutkan ceritanya. Untung saya dekat dengan kakek yang selalu menghibur saya. Pernah ia bilang ke saya, kalau punya keinginan langsung saja di­sampaikan ke Tuhan. Terus dia nyuruh saya untuk menatap langit dan mengutarakan keinginan saya. Anehnya saya juga menurutinya. Biasanya sambil tidur-tiduran di sawah beralas jerami, dan menunggu itik bertelur.
Ya Tuhan saya mau jadi apa dalam 10-15 tahun ke depan. Saya tidak mau jualan pisang seperti ini. Saya tidak mau jualan terus es seperti sekarang ini. Capek sekali jalan terus. Saya mau peker­jaan yang bisa diam di rumah sama kelu­arga tapi juga kalau bisa menghasilkan. Dan, setiap keinginan yang muncul dalam benak saya selalu ditulis. Dan setiap saya sampaikan ke mama saya, selalu saja dianggap terlalu banyak bermimpi. Apalagi kondisi keluarga saya yang serba pas-pasan. Saya masih ingat betul saya pernah menulis keinginan saya untuk kelilig dunia. Dan catatan itu saya baca mulai dari SMA, kuliah hingga pada saat be­kerja.
Dan mungkin juga karena visualisasi seperti itu, saya jadi memotivasi diri terus-menerus. Dan mungkin dengan proses dan cita-cita seperti itu, ya diberi jalan oleh Tuhan. Rejekinya datang dari mana-mana. Dan seorang anak tukang gado-­gado akhirnya bisa melakukan perjalanan keliling dunia.
Bekerja Sendiri dan Punya Ladang Sendiri
Pada tanggal 21 April 2005 lalu, pemerintah Indonesia meng­anugerahkan penghargaan Kartini kepada Anne Ahira. Acara penganugerahannya di lakukan di kawasan Ancol Jakarta Utara. Penghargaan tersebut dianugerahkan ke­padanya atas prestasi dan jasanya dalam mengem­bangkan profesi internet marketing di Indonesia bahkan di tingkat internasional.
Di tempat yang sama, di penginapannya Hotel Mercure kawasan Ancol Jakarta, ia meluangkan waktunya untuk menerima wartawan MODAL Abdul Nasir untuk wawancara khusus mengenai profesi internet marketing. Berikut petikannya.
Anda sudah terkenal sebagai internet marketer berkelas dunia, bisa anda jelaskan tentang profesi tersebut?
Internet marketing untuk masyarakat Indonesia memang masih relatif baru. Tetapi saya yakin banyak orang Indonesia yang menekuni profesi ini. Dan bahkan sebelum saya terjun ke profesi ini. Tapi umumnya target pasarnya hanya bersifat lokal. Dan, di dunia intemet itu sama dengan di dunia riil. Sama dengan di off line. Ada komunitas-komunitas di dalamnya. Ada yang berprofe­si sebagai guru, pedagang, dokter, journalis. Nah, di internet mar­keting juga begitu. Di dalamnya ada kumpulan orang-orang yang suka chating, ada yang suka musik, juga ada penjual seperti saya.
Di dalam profesi internet marketing itu banyak macamnya. Ada yang namanya reseller, affiliate atau network marketing. Bisa dijelaskan lebih detail?
Yang saya jalankan selama ini adalah afiliate marketing dan network marketing. Pada dasamya keduanya sama, yaitu menjual. Hanya, dalam sistem pembayaran, keduanya berbeda. Pada afiliate marketing, sekali jual, putus. Misalnya saya mau menjual majalah. Dari MODAL saya dikasih harga Rp 13.000. Kemudian saya jual dengan harga Rp 15.000. Berarti saya dapat untung sebesar Rp 2.000. Kalau saya ingin punya penghasilan Rp 200.000, saya harus menjual sebanyak 100 majalah. Jadi begitu, sekali jual putus.
Demikian pula dengan menjual produk lain. Apa saja, yang penting modelnya seperti itu, kalau di internet itu namanya afiliate marketing. Yang seperti ini biasa juga disebut sebagai reseller, atau associated program.
Di afiliate sendiri apa hanya seperti itu, atau mungkin ada banyak macamnya?
Oh iya, untuk afiliate marketing itu juga ada banyak model. Contohnya A jualan hosting, lalu saya ikut menjualkan hostingnya A. Katakanlah tiap bulannya harganya US$ 10, dan saya dapat komisi US$ 2. Setelah ada misalnya B, membeli hostingnya A lewat saya, maka B tadi membayar ke A US$ 8 dan ke saya US$ 2. Nah, selama B itu berlangganan hosting dan tiap bulannya membayar US$ 10, sela­ma itu pula saya mendapatkan US$ 2. Dan dalam afiliate market­ing, itu dinamakan pay per sale. Selain itu ada juga yang namanya pay per click dan pay per lead.
Kalau pay per click atau pay per lead itu seperti apa?
Pay per click, misalnya si Google menerima iklan. Dan untuk memasang iklan di google orang harus bayar. Misalnya MODAL memasang iklan di Google. Lalu, saya punya website, dan saya meminta agar iklan yang telah dipasang di google juga dipasang di website saya. Dan ternyata ada yang klik website saya, dan muncul iklan majalah MODAL yang sama dengan di Google. Maka de­ngan sendirinya saya akan mendapatkan komisi dari google. Begitu seterusnya. Setiap orang klik di website saya akan selalu mendapatkan komisi. Entah itu mereka beli atau sekedar ngeklik.
Sedangkan pay per lead, misalnya saya pernah punya klien di Inggris. Dia mau menjual kuda. Tapi target marketnya bukan diseluruh dunia, tetapi hanya di negara bagian tertentu di AS. Katakanlah di Texas. Saya diminta untuk mencari klien yang mau membeli kuda. Lalu saya pasang iklan di internet khusus untuk pasar di Texas. Sekalipun posisi saya berada di Indonesia, saya bisa menjual kuda di Texas. Dan seo­rang internet marketer tentu tahu bagaimana strateginya. Nilainya tergantung negosiasi dengan pemilik kuda. Misalkan si pemilik meminta untuk dicarikan sekitar 50 klien dan dibayar sebesar US$ 1000. Berarti per klien saya dibayar US$ 20. Jadi setiap klien, mau beli atau tidak saya dibayar US 20 perklien tersebut.
Lalu apakah ada aturan-aturan standar dalam menjalankan bisnis ini?
Di dalam bisnis ini, ada yang namanya kode etik afiliate. Misalnya ada yang nanya ke saya tentang apa yang saya jual. Saya tidak akan bilang, oh saya lagi menjual produk A, B, C dan sebagainya. Karena di afiliate marketing itu, saya bekerja sendiri dan saya punya ladang sendiri. Dan kalau yang betul-betul spesifik, dan sedang saya kerjakan itu tidak akan saya publikasikan, misalnya dimuat di majalah anda. Karena itu akan merusak target market yang sementara saya bidik.
Apa sama sekali tidak boleh diberikan con­toh beberapa produk yang dijual?
Karena anda minta, boleh lah saya akan kasih dua, yang pernah dilakukan sebagai afiliate marketer. Misalnya saya jualan keripik di internet. Sebelumnya saya mesti riset di pasar dulu. Apa sih yang sebenarnya lagi dibutuhkan oleh pasar. Ternyata, untuk keripik tadi, banyak yang cari, tapi tidak ada yang menjualnya di internet. Saya punya datanya tentang siapa saja yang mencari dan berapa jumlahnya dalam sebulan. Saya juga punya datanya yang memproduksi keripik tadi. Wah, yang begitu-begitu yang bisa membuat internet marketer kaya mendadak. Karena tidak ada saingannya.
Bisa Anda berikan contoh yang lainnya?
Untuk contoh lainnya seperti yang dilakukan oleh teman saya. Dia sudah me­nemukan pasar ceruk. Sangat spesifik, dan banyak yang mencarinya tapi tidak ada yang menjualnya. Ternyata di internet banyak orang yang mencari informasi bagaimana cara agar burung kakak tua bisa cepat berbicara. Dia bilang, gila! banyak sekali yang butuh informasi tersebut, tapi tidak ada yang jualan. Sementara dia sendiri tidak tahu bagaimana caranya, bahkan lihat burungnya saja belum.
Akhirnya dia melakukan riset. Dia menemukan beberapa orang yang ahli burung kakak tua. Lalu diinterview sama dia, lalu dicompile dan akhirnya dia dapat formu­lanya. Lalu formula tadi dijual lewat internet. Dalam satu bulan, dia mendapatkan US$ 20,000.
Ada lagi, misalnya, guru saya, menemukan produk yang hanya laku dijual pada bulan November atau Desember. Kepikiran nggak, kira-kira barangnya apa. Menurutnya, dalam dua bulan itu, hanya dengan menjual barang tersebut, dia bisa menghasilkan miliaran rupiah. Saya ter­kadang nanya apa sih yang anda jual. Dia, malah balik bertanya, apa kamu tidak tahu tentang kode etik afliate marketer?
Yang Anda jelaskan tadi tentang afiliate marketing. Lalu bagaimana dengan network marketing?
Ah ini perlu juga dijelaskan lebih detail. Karena sekarang ini justru oleh sebagian kalangan menganggapnya sebagai sesuatu yang kontroversial. Saya sendiri hanya menanggapinya dengan tersenyum. Dan itu wajar saja. Kenapa? Karena saya jarang bicara yang afiliate. Akhirnya saya identik dengan MLM. Kalau yang saya lakukan melalui network marketing memang MLM. Tetapi berbeda dengan yang dilakukan MLM online lainnya yang hanya terfokus untuk mencari anggota. Selain menjual produk MLM dari FFSI, saya juga memberikan pan­duan agar bisa menjual secara lebih efektif. Dan itulah namanya strategi marketing. Selain itu, saya juga berikan strategi market­ing yang up to date, saya juga berikan website. Tapi, website yang dari saya, itu akan berjalan kalau menggunakan autoresponder. Autorespondennya itu harus awaber, dan awabernya itu harus beli sama saya. Memang, saya telah menciptakan sebuah komunitas yang memiliki ketergantungan kepada saya. Tetapi saya juga berkomitmen untuk mem­berikan sesuatu di atas harga yang mereka bayar untuk autorespondernya itu. Dan apa yang saya lakukan adalah sesuatu yang unik, karena dalam tempo setahun banyak sekali yang bergabung dengan saya. Dan itu pula yang membuat tahun 2004 lalu saya dino­batkan sebagai salah satu dari 12 super afiliate di dunia.
Anda mengatakan bahwa apa yang dilakukan adalah unik, bisa dijelaskan lebih detail?
Uniknya begini. Saya itu buat konsep pen­jualan produk MLM dengan menggunakan strategi pemasaran yang sering diterapkan di dalam afiliate marketing. Artinya saya meng­gabungkan kedua hal tersebut. Dan umum­nya komunitas afiliate jarang yang mau gabung dengan komunitas MLM. Kalau saya justru lain, menggabungkan keduanya. Dan model yang saya ciptakan ini sepertinya sesuatu yang baru dalam dunia internet marketing.

Diadaptasi dari Majalah Modal, edisi 28 Mei 2005.
Sumber: AsianBrain Community

Memahami Pentingnya Asuransi Perjalanan: Perlindungan Tak Tertandingi untuk Petualangan Anda

Ketika berbicara tentang petualangan dan perjalanan, tidak ada yang dapat menggantikan kegembiraan dan kepuasan menjelajahi dunia yang luas....