Cinta Adalah Segalanya
Oleh : Fadlun Rahmandika
Apa motif yang ada di
balik setiap penemuan besar, karya luar biasa, dan prestasi-prestasi
spektakuler? Jawaban singkatnya, adalah CINTA. Lihat, bagaimana Taj Mahal yang
indah itu dibangun sebagai ekpresi cinta. Kemudian, bukankah cinta pula yang
melandasi pengabdian Bunda Theresa kepada kaum papa di Kalkuta, India?
Dalam skala yang lebih sederhana, motif cinta pula yang
mendorong para suami untuk meraih berbagai prestasi. Begitu juga dengan
besarnya rasa cinta seorang anak kepada orangtua—dan sebaliknya, orangtua
kepada anaknya—telah menjadi kekuatan motivasi yang luar biasa mendorong,
menyemangati bahkan melampaui berbagai keterbatasan.
Anda dapat menjalani kehidupan yang menyenangkan dan
selama-lamanya terlindung dari segala marabahaya; demikianlah caranya Anda
menjadi kekuatan positif ketika keadaan kelimpahan dan keselarasan tertarik
kepada Anda. [Charles Haanel, tokoh Pemikiran Baru/New Thought - 1866-1949]
Memahami
kekuatan cinta dimulai dengan menyadari bahwa seluruh kehidupan pada mulanya
dan pada intinya adalah ENERGI, termasuk diri kita sendiri. Kita secara fisik
terbuat dari bahan-bahan yang sama dengan yang membentuk matahari, bulan,
bintang-bintang, dan seluruh jagat raya ini. Kita adalah sekumpulan energi
cerdas yang berwujud dalam tubuh manusia.
Kita terbuat dari sel-sel, yang terbuat dari atom-atom, yang terbuat dari partikel-partikel sub-atom: proton, elektron, dan neutron, yang terbuat dari paket-paket energi kecil dan elusive yang disebut kuanta, yang terbuat bukan dari apa-apa, melainkan ENERGI hahahaha... anak Fisika bangetttt ya.. J
Ketika para ilmuwan Fisika Kuantum mempelajari sifat realitas pada skala yang semakin kecil, sesuatu yang aneh mulai terjadi: Semakin dalam kita memasuki realitas, semakin tampak lenyap dari pandangan. Terobosan Einstein dalam rumusnya yang termasyhur "E=MC2 berujung pada: Segala sesuatu terbuat dari ENERGI."
Semua energi ini mewujud sebagai getaran, dan getaran itu dapat diukur frekuensinya: jumlah getaran per detik. Beberapa getaran tidak terasa seperti irama bumi (7,5 Hz, atau 7,5 kali per detik). Getaran-getaran lain lbisa dirasakan oleh indera kita, seperti nada-nada musik, yang bergetar pada 16-20.000 Hz.
Telinga manusia hanya mampu mendengar suara pada kisaran frekuensi 20 Hz hingga 20.000 Hz (20 KHz). Banyak suara yang tidak mampu kita dengar dengan telinga telanjang (suara yang memiliki frekuensi di bawah 20 KHz atau di atas 20 KHz). Hewan dan serangga mempunyai kemampuan mendengar suara di luar rentang frekuensi suara yang mampu didengar oleh telinga manusia, seperti kelelawar yang berkomunikasi dengan menggunakan gelombang ultrasonik yang memiliki frekuensi sangat tinggi, jauh di atas kemampuan dengar telinga manusia.
Sebagai manusia, kita juga memiliki frekuensi getaran. Pemikiran yang melayang dalam benak kita dan suasana hati kita, memiliki frekuensi getaran. Segala sesuatu, baik yang berwujud padat, maupun yang tidak berwujud seperti pikiran dan perasaan, memiliki frekuensi getaran. Energi cinta juga dinyatakan melalui frekuensi getaran.
Menggunakan kekuatan Cinta untuk menimbulkan
berbagai hal atau pengalaman yang Anda inginkan di dalam kehidupan tidak ada
hubungannya dengan manipulasi atau pengendalian. Kita tidak bisa menggunakan
kekuatan Cinta untuk memaksa seseorang atau sesuatu untuk melakukan perintah
kita. Yang dapat kita lakukan, dan ini adalah RAHASIA-nya yaitu secara sengaja memancarkan
getaran Cinta atas apa pun yang kita inginkan. Getaran
Cinta kita yang kuat memungkinkan pengalaman yang sesuai dengan dengan getaran
tersebut bersekutu/beresonansi dengan kita sehingga membentuk hasil yang sesuai.
Oleh karena itu kalau kita cinta dengan apa yang kita lakukan maka semua rintangan
ataupun pekerjaan yang kita lakukan akan lancar bagai air mengalir. SETUJU ?
SETUJU AJAAA J
Namun
dalam kehidupan nyata kita sering melihat orang-orang yang ingin cepat
meraih apa yang dicita-citakannya tanpa melalui proses yang benar. Mereka
melakukannya dengan menghalalkan segala cara. Ada orang yang ingin cepat kaya
lalu melakukan korupsi. Ada orang yang ingin cepat mendapat gelar doktor dengan
predikat cum laude atau lulusan terbaik, lalu menyadur hasil karya orang lain dari
luar negeri. Pada tahap awal ia bisa lulus sesuai dengan apa yang
diinginkannya. Namun dunia tidak tidur. Apalagi di zaman internet sekarang ini
di mana informasi seluruh dunia sudah menyatu. Tak perlu lama ia pun ketahuan
kalau disertasinya adalah hasil plagiat. Kita baru-baru ini membaca beritanya
di mana-mana.
Begitu pun dengan koruptor tadi. Ia mungkin
bisa mencapai kekayaan yang diinginkannya. Namun ketidaknormalan kekayaan itu
mudah diketahui. Lalu diusut yang akhirnya ketahuan kalau dia korupsi. Ia
kemudian digiring ke penjara. Sungguh ironis hidupnya, di masa tuanya ia justru
tak menikmati kekayaannya. SUNGGUHHH TERLALUUUU... begitu Kata Rhoma Irama
berkomentar. Karena semua itu berasal dari pikiran manusia itu sendiri. Kalau dia
positif maka secara langsung akan menghasilkan cara – cara yang positif juga
begitu sebaliknya kalau negatif yang dihasilkan akan negatif pula. kehidupan kita isinya akan negatif pula; hidup penuh
kecemasan, pasif, ketakutan dan kekurangan. Maka intinya kita hidup harus penuh gairah, syukur, gembira,
sukses, dan bahagia... setiap hari! Agar kita selalu merasa lancar dalam
menjalani hari- hari dan pekerjaan kita
juga penuh dengan rahmat yang diridhoi oleh Tuhan YME.
sebaiknya kita menggunakan maksimal 55% dari gaji yang kita
terima setiap bulannya untuk kebutuhan sehari-hari. Karena itu, alangkah
baiknya jika kita juga terus membiasakan diri untuk memiliki pola hidup yang
sederhana.
Sebagai contoh, jika ada di antara Anda yang belum memiliki rumah dan karena satu dan lain hal harus tinggal di tempat kost, setidaknya beberapa ratus ribu rupiah sudah pasti terpotong dari gaji Anda selama sebulan. Untuk itu, Anda bisa menyiasatinya dengan mencari tempat kost di daerah yang tidak terlalu mahal, walaupun untuk itu Anda mungkin perlu sedikit “prihatin”, dalam arti Anda memilih tempat kost yang hanya memiliki kipas angin, karena tempat kost yang menyediakan AC sudah pasti lebih mahal harganya. Lalu selain tempat tinggal, kita juga perlu memikirkan tentang makan sehari-hari atau kebutuhan kita setiap bulan. Jika kita berbelanja kebutuhan sehari-hari di supermarket, harganya pasti akan lebih mahal dibanding jika kita berbelanja di toko serba ada. Begitu pula jika kita memasak sendiri di rumah akan jauh lebih hemat daripada makan di luar. Memang mau tidak mau dibutuhkan usaha ekstra jika kita ingin melakukan penghematan, tapi seandainya kita rela melakukan tindakan-tindakan penghematan seperti itu, kita akan memiliki sisa uang atau kesempatan menabung yang lebih besar lagi. Semakin banyak yang bisa kita tabung, semakin besar pula kesempatan kita untuk berinvestasi.
Sebagai contoh, jika ada di antara Anda yang belum memiliki rumah dan karena satu dan lain hal harus tinggal di tempat kost, setidaknya beberapa ratus ribu rupiah sudah pasti terpotong dari gaji Anda selama sebulan. Untuk itu, Anda bisa menyiasatinya dengan mencari tempat kost di daerah yang tidak terlalu mahal, walaupun untuk itu Anda mungkin perlu sedikit “prihatin”, dalam arti Anda memilih tempat kost yang hanya memiliki kipas angin, karena tempat kost yang menyediakan AC sudah pasti lebih mahal harganya. Lalu selain tempat tinggal, kita juga perlu memikirkan tentang makan sehari-hari atau kebutuhan kita setiap bulan. Jika kita berbelanja kebutuhan sehari-hari di supermarket, harganya pasti akan lebih mahal dibanding jika kita berbelanja di toko serba ada. Begitu pula jika kita memasak sendiri di rumah akan jauh lebih hemat daripada makan di luar. Memang mau tidak mau dibutuhkan usaha ekstra jika kita ingin melakukan penghematan, tapi seandainya kita rela melakukan tindakan-tindakan penghematan seperti itu, kita akan memiliki sisa uang atau kesempatan menabung yang lebih besar lagi. Semakin banyak yang bisa kita tabung, semakin besar pula kesempatan kita untuk berinvestasi.
Budaya investasi bisa ditanamkan sejak dini dalam diri
anak-anak. Meskipun di sekolah kita diajarkan berhitung, namun kita hampir
tidak pernah diajarkan tentang cara mengelola uang. Sebagai akibatnya,
anak-anak yang ada –bahkan kita para orangtua– hampir tidak pernah bisa
mengelola keuangan dengan baik. Jangankan berinvestasi, memastikan agar bulan
ini tidak berhutang saja sering kali menjadi pergumulan bagi kita. Di Indonesia
saat ini sudah ada sebuah program pendidikan finansial yang sedang
dipersiapkan, yang dikhususkan bagi anak-anak berusia 9-18 tahun, di mana
mereka akan diajarkan tentang cara mengelola uang, bahkan tentang berinvestasi.
Sepanjang yang saya amati, kita hampir tidak pernah melihat anak usia 10 tahun berjualan –bukan? karena mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu, melainkan dalam arti mereka memulai usaha sendiri dari berjualan itu. Hal ini terjadi karena anak-anak yang berasal dari keluarga yang cukup mapan –terlebih jika mereka sudah menempuh pendidikan yang baik-- hampir tidak pernah diijinkan untuk berpikir tentang bagaimana harus mencari uang. Orang tua sering kali berkata, “Tugas kami sebagai orangtua untuk mencari uang, kamu cukup belajar yang rajin di sekolah supaya mendapat nilai yang bagus.” Padahal, statistik menunjukkan –dan Bank sendiri sudah mulai mengeluarkan kartu kredit khusus untuk anak-anak– bahwa budaya yang dibangun dalam diri anak-anak sekarang ini justru budaya konsumtif, sehingga mereka hanya tahu bagaimana membelanjakan uang mereka.
Sepanjang yang saya amati, kita hampir tidak pernah melihat anak usia 10 tahun berjualan –bukan? karena mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu, melainkan dalam arti mereka memulai usaha sendiri dari berjualan itu. Hal ini terjadi karena anak-anak yang berasal dari keluarga yang cukup mapan –terlebih jika mereka sudah menempuh pendidikan yang baik-- hampir tidak pernah diijinkan untuk berpikir tentang bagaimana harus mencari uang. Orang tua sering kali berkata, “Tugas kami sebagai orangtua untuk mencari uang, kamu cukup belajar yang rajin di sekolah supaya mendapat nilai yang bagus.” Padahal, statistik menunjukkan –dan Bank sendiri sudah mulai mengeluarkan kartu kredit khusus untuk anak-anak– bahwa budaya yang dibangun dalam diri anak-anak sekarang ini justru budaya konsumtif, sehingga mereka hanya tahu bagaimana membelanjakan uang mereka.
Di kota besar seperti Jakarta, banyak ibu rumah tangga yang mau tidak mau harus bekerja karena tuntutan ekonomi. Di sisi lain, dengan bekerja di luar, mereka harus menggunakan jasa seperti pembantu rumah tangga, babysitter, catering, dan lain sebagainya yang tentunya menyebabkan pengeluaran ekstra. Alangkah baiknya jika ibu-ibu rumah tangga mulai membuat catatan pengeluaran untuk dibandingkan dengan jumlah gaji yang diterima. Contoh: untuk seorang babysitter kita membutuhkan 350 ribu rupiah, lalu seorang pembantu rumah tangga juga 350 ribu rupiah, dan catering selama sebulan 500 ribu rupiah. Jika jumlah tersebut ditotal, maka pengeluaran tetap kita setiap bulan adalah 1.200.000, belum lagi kebutuhan-kebutuhan yang lain. Jika ternyata gaji kita hanya 1.250.000, berarti kita hanya memiliki surplus sebesar 50 ribu dari total gaji yang kita terima dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran tadi. Ini sama dengan kerja rodi yang sangat tidak menguntungkan.
Namun akan berbeda jika sebagai ibu rumah tangga kita mulai mengembangkan kemampuan untuk melihat peluang-peluang investasi dan melakukan usaha, apalagi jika usaha tersebut bisa dilakukan dari rumah, sehingga kebutuhan akan babysitter dan pembantu rumah tangga bisa diminimalkan. Kita juga bisa memasak sendiri sehingga tidak memerlukan catering, sehingga ini akan semakin meminimalkan pengeluaran dan kita memiliki cashflow yang lebih besar lagi.
Ada banyak sekali peluang usaha di sekeliling kita. Ketika kita mengasah kemampuan untuk menganalisa dan membuat pengamatan, ditambah sense of business yang tajam, maka kita akan bisa memperoleh sumber pendapatan yang baru bagi hidup kita sehari-hari.
Saya selalu mencoba mengingatkan, bahwa tentu saja ucapan
"mencari uang" tidak salah, tetapi akan menjadi bumerang bila mereka
ucapkan dengan penuh motivasi yang serius atau menjadi keinginan! Otak kita
sangat pintar, sehingga bila ada instruksi/motivasi yang masuk dengan sadar dan
tidak sadar otak kita akan bekerja dengan keras mengejar target tersebut,
misalnya "mencari uang". Maka amat sangat mungkin tahap-tahap yang
terjadi bisa saja sbb: mulai menghitung-hitung untung-rugi antara gaji dan jam
kerja, meng-korupsi waktu dan akhirnya materi. Hal ini biasanya akan
menimbulkan stress yang tidak sehat. Otak kita akhirnya
me"rekomendasi"kan atau "tidak bisa lagi membedakan" mana
uang pribadi dan uang perusahaan.
Coba renungkan, kalau Tuhan demikian besar dan dahsyat
menurut ukuran orang-orang beriman, apakah layak motivasi utama seseorang
bekerja adalah hanya "mencari uang"? Bukankah seharusnya bisa lebih
baik dari makhluk lainnya yang memang dipersiapkan hanya untuk "mencari
makan". Jadi kalau menurut
saya Cinta itu
tidak bisa ditolak dan tidak bisa didapat, tanpa adanya pesona jiwa dari dalam
diri sendiri.
Kesimpulannya kalau menurut saya sih mudah aja. carilah uang bersama orang yang
kita cintai, maka uang yang kita dapat itu merupakan UANG CINTA, yaitu uang
yang didapat dengan usaha bersama dengan orang yang kamu cintai.. SETUJU ? J
Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen “Pilih Mana: Cinta Atau Uang?” #KeputusanCerdas yang diselenggarakan oleh www.cekaja.com dan Nulisbuku.com
No comments:
Post a Comment